JOMBANG - Jumlah penderita gizi buruk di Jombang kini menembus angka 45 balita. Padahal sebelumnya, jumlah penderita gizi buruk di Kabupaten Jombang hanya dikisaran 32 balita. Ironinya, kenaikan angka penderita yang cukup fantastis tersebut tersebar di beberapa kecamatan.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Jombang, dr. Suparyanto membenarkan, jumlah penderita gizi buruk di Kabupaten Jombang meningkat hingga 13 balita. Menurutnya, gizi buruk yang dialami para balita tersebut lebih dikarenakan pembawaan sejak lahir.
“Jadi bukan karena kekurangan makan, tapi itu (gizi buruk, red) diderita sejak lahir,” kata Suparyanto, Rabu (6/5).
Kendati mengalami peningkatan, namun Suparyanto menyebut, bahwa kondisi itu sebenarnya jauh menurun dibanding enam bulan terakhir. Menurutnya, sebelum itu, angka penderita gizi buruk mencapai 83 balita.
“Begitu kita lakukan pantauan rutin melalui puskesmas dan posyandu, kini jumlahnya tinggal 45 balita,” kelitnya.
Sayangnya, meski dilakukan pemantauan, ternyata masih ada penderita gizi buruk di Kabupaten Jombang yang lolos dari perhatian. Satu diantaranya, Wiji Lestari (5), warga Desa Mojongapit, Jombang. Meski usianya sudah 10 tahun, namun kondisi Wiji sangat mengenaskan.
Kondisi anak dari pasangan Slamet Mujiono (43) dan Sulikah (Almarhum) ini hanya tergolek lemas di tempat tidur. Wiji tergolong balita yang susah makan. Akibatnya, bobot tubuh gadis balita ini hanya memiliki berat badan 6 kg.
“Ini sangat berbeda dengan anak seusianya. Wong untuk makan saja, Wiji sulit untuk menggerakkan tangannya,” jelas Slamet di kediamannya.
Parahnya lagi, keluarga Wiji tidak tersentuh program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Tak ayal, untuk sekedar memeriksakan Wiji ke puskesmas saja, Slamet selaku ayah Wiji tak mampu membayar biaya perawatan. Maklum saja, Slamet berprofesi sebagai pedagang asongan di terminal Kepusari Jombang.
“Waktu itu pernah saya bawa ke puskesmas tapi tidak ada perkembangan. Saya juga nggak punya kartu Jamkesmas,” pasrah Slamet yang berprofesi sebagai pedagang asongan di Terminal Kepuhsari, Jombang. “Petugas puskesmas pun, tak ada yang memantau penyakit anak saya,” keluhnya. abd/mo/bej
Bookmark this post: | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
0 komentar:
[+/-]Click to Show or Hide Old Comments[+/-]Show or Hide Comments
Posting Komentar
Komentar Anda ?