
Kendati sebagian masyarakat dengan suka-cita menyambut keberangkatan para pembalap yang sehari sebelumnya dikirab besar-besaran itu, namun sebagian diantaranya mengaku terkendala oleh adanya even balap internasional tersebut. Parahnya lagi, masyarakat yang sempat ditemui harian ini menyatakan, pelaksanaan balapan sepeda internasional itu menghalangi perjalanannya.
“Biarpun saya agak terganggu, tapi saya pikir nggak masalah. Wong tontonan ini juga jarang kita lihat. Itung-itung istirahat sebelum melanjutkan perjalanan,” aku Tanto (19) dengan senang hati.
Akibat buntunya arus jalan yang berada di beberapa jalan protokol di kota Jombang, memaksa sebagian masyarakat berupaya menutup akses jalan alternatif di lingkungannya. Seperti terlihat di lingkungan permukiman penduduk di sebelah timur Jl. Wahid Hasyim. Para warga berupaya menutup dan merintangi masuknya pengguna jalan dengan menggunakan sepeda motor dan dingklik panjang.
“Nggak bisa Mas, lewat jalan lainnya saja,” sahut seorang warga yang menyarankan pengguna jalan memasuki kampungnya. “Waduh, lewat mana lagi ini,” keluh pengendara roda dua clingukan.
Tak pelak, masyarakat yang akan melakukan perjalanan melintasi kawasan jalan protokol di kota Jombang terhambat. Kendala tersebut tampaknya bukan hanya dialami masyarakat secara perseorangan saja, melainkan kebanyakan mengaku tidak dapat meneruskan perjalanannya.
“Kita sudah terhalang berjam-jam Mas. Bahkan, waktu saya terbuang hanya untuk menunggu dibukanya lagi jalan yang menuju Wahid Hasyim (salah satu jalan protokol yang dilintasi pembalap, red),” ujar Sidiq (40), sopir mobil box pengantar paket.
Pria yang mengaku asal Tulungagung itu mengungkapkan, bahwa sejauh ini pihaknya tidak mengetahui jika di Jombang akan dilewati para pembalap yang kebanyakan bule tersebut. Dirinya mengaku, tidak begitu tertarik dengan even yang hanya pada akhirnya menghalangi aktivitas masyarakat.
“Eman kalo acaranya cuma bikin masyarakat kebingungan. Gimana nggak bingung, mau nglewati jalan itu nggak boleh karena ditutup. Tapi yang tidak bisa ditoleransi itu kan waktu kita yang terbuang, iya kalau juragan saya memahami, kalau nggak ?” gerutunya sembari perlahan memarkir mobilnya di pertokoan Simpang Tiga.
Kurangnya sosialisasi jalanan yang bakal ditutup untuk masyarakat yang melalui lintasan para pembalap juga dikeluhkan oleh Rina (23). Perempuan berambut ikal yang mengaku sebagai penjaga toko di sebuah supermarket di kawasan Jl. Wahid Hasyim itu mengatakan, dirinya terpaksa menunggu berjam-jam sampai para pembalap di berangkatkan dari Kebonrojo menuju Bundaran Ringin Contong yang kemudian melewati Jl. A. Yani Jombang itu.
“Untung saya lagi libur kerja. Tapi kepentingan saya kan mau ke besuk saudara yang sakit di RSD Jombang. Masak, rata-rata jalan yang saya lewati ke arah rumah sakit kebanyakan di buntu,” keluh warga Tembelang Jombang ini seraya mengusap keringatnya.
Menurutnya, panitia penyambutan pelaksanaan pemberangkatan balap sepeda Tour de East Java 2008 di Jombang itu memberitahukan sebelumnya tentang adanya penutupan beberapa ruas jalan yang dilewati pembalap. Harapannya, agar masyarakat yang akan melaksanakan perjalanan menuju dan melintasi jalanan tersebut bisa menunda aktifitasnya beberapa waktu.
“Terus terang saya nggak tahu kalau ada penutupan jalan,” ketusnya. abd
Bookmark this post: | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
0 komentar:
[+/-]Click to Show or Hide Old Comments[+/-]Show or Hide Comments
Posting Komentar
Komentar Anda ?