Film FITNA Provokatif, Pemerintah Lembek

Diselingi Aksi Bakar dan Teatrikal

JOMBANG – Puluhan mahasiswa yang mengatasnamankan dirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Jombang, Selasa (04/4) kemarin menggelar unjukrasa. Dalam unjukrasa di depan kantor DPRD Kabupaten Jombang tersebut, KAMMI mengecam lemahnya tindakan pemerintah terhadap peredaran film 'FITNA' di Indonesia.

Selain kurang tanggapnya pemerintah dalam mengentikan film FITNA, aksi yang melibatkan seluruh elemen dan unsur KAMMI di Jombang itu juga menyebut, film berdurasi sekitar 15 menit itu telah melecehkan Nabi Muhammad Saw. Demonstrasi yang juga melibatkan sejumlah mahasiswa perempuan berjilbab tersebut menuding, film FITNA sangat kental bernuansa provokasi dan propaganda miring tentang Islam sebagai agama teroris.

“KAMMI sangat mengecam keras pemutaran film FITNA ! Karena film FITNA telah menyudutkan Islam dengan propaganda opini publik tentang Islam sebagai agama teroris ! Film FITNA provokatif ! Pemerintah harus bertanggungjawab !” teriak seorang koordinator lapangan (korlap) aksi dengan mikroponnya.

Kecaman korlap tersebut langsung disambut meriah dengan yel-yel dan sorak kegeraman terhadap pemerintah dan Geert Wilders, sebagai pembuat film tersebut. Massa KAMMI yang sebelumnya berjalan dengan Long March sepanjang kurang lebih 1 kilometer dari Aloon-Aloon Jombang menjuju kantor DPRD tersebut juga mengusung beberapa poster bertuliskan hujatan.

Para pengunjukrasa dalam aksinya mengatakan, film buatan Geert Wilders tersebut sangat mengandung muatan yang memperlihatkan bahwa Islam akrab dengan kekerasan dan tidak menghargai perempuan. Film FITNA, menurut KAMMI telah membangkitkan kemarahan umat Islam dan telah melanggar kebebasan berpendapat dengan melecehkan agama.

“Ini juga merupakan pelanggaran tindak pidana karena melecehkan agama lain. Kebebasan berpendapat bukan kebebasan sejati untuk melukai dan merusak toleransi beragama. Untuk itu, kita menuntut pemerintah terutama perwakilan RI di PBB agar proaktif menindaklanjuti persoalan ini,” desak Arifin, pimpinan aksi KAMMI Jombang.

Disela aksi, Arifin kepada Mojokerto Pagi menyatakan, bahwa film FITNA juga melanggar Undang-Undang Dasar (UUD) 45 tentang menjaga perdamaian dunia. Ia mengajak, agar pihak lain dapat saling menghormati sesama tanpa menggunakan kebebasan yang dapat menyulut pertentangan antar bangsa.

“Tapi yang jelas kita sangat mengecam propaganda Geert Wilders dengan film FITNA-nya, termasuk sikap lembek pemerintah,” ucapnya berulang-ulang.

Dalam tuntutannya, KAMMI Komisariat Jombang menyatakan 4 tuntutan. Mereka menyerukan agar pemutaran film FITNA dihentikan. Selain itu, tiga tuntutan lain yang diminta KAMMI adalah, pemerintah harus mengambil tindakan terhadap film FITNA yang sangat mudah diakses dan dapat memicu konflik.

“Geert Wilders harus meminta maaf terhadap umat Islam secara langsung melalui kedutaan RI di Belanda dan masyarakat kita harap tidak mudah terprovokasi oleh film FITNA,” ujar Arifin membacakan tuntutan KAMMI.

Menariknya, aksi yang berlangsung sore hari tersebut juga menampilkan teatrikal. Gambaran melalui gerak dan pelakonan yang diperankan oleh 3 orang mahasiswa tersebut menunjukkan kekejaman pelaku teroris yang menyudutkan Islam. Tidak hanya itu, unjukrasa yang sempat memenuhi separo badan jalan di depan gedung dewan itu juga membakar sosok yang divisualkan sebagai Geert Wilders.

Tak kalah menarik, aksi bakar-bakaran 'sosok' Geert Wilders yang juga menjadi anggota parlemen negeri Belanda dari Partai Kebebasan tersebut sempat menjadi perhatian masyarakat pengguna jalan yang melintas di Jl. Wahid Hasyim, Jombang. Geert Wilders dianggap telah menjungkirbalikkan ayat-ayat suci di Al-Qur'an dengan visualisasi terorisme dan hukuman-hukuman yang berlaku dalam Islam serta poligami.

“Film FITNA sangat kontroversial dan berbau rasis terhadap agama Islam,” sela seorang demonstran lagi dengan histerianya. abd

Bookmark this post: