Jawaban 5 Saksi Polisi Berbeda

Saksi Abdul Wahid, saat memberikan keterangan di hadapan Majelis Hakim Pengadilan negeri Jombang, Kamis (06/11).


Rekonstruksi Asrori, Tim Polda Jatim Datangkan Ryan

JOMBANG - Sidang lanjutan perkara pembunuhan Asrori dengan terdakwa Maman Sugianto alias Sugik, Kamis (06/11) menghadirkan 5 saksi dari kepolisian. Kelima anggota kepolisian Jombang tersebut, dihadirkan sebagai saksi setelah mereka disebut-sebut menjadi pelaku kekerasan dalam pemeriksaan terhadap dua terpidana, Imam Hambali alias Kemat dan Devid Eko Prianto.

Dari ke lima saksi yang menjadi penyidik Kemat Cs itu, dua diantaranya anggota Polres Jombang dan 3 lainnya dari Polsek Bandar Kedungmulyo Jombang. Masing-masing, 3 orang anggota dari Polsek Bandar Kedungmulyo yakni, Abdul Wahid, Bambang Hernawan dan Bambang Sucipto. Sedangkan, dua lainnya dari Polres Jombang, Kartika Jaka S dan M. Sian.

Wahid, saksi Penyidik dari Kepolisian Sektor (Polsek) Bandar Kedungmulyo, Jombang mengaku, dirinya tak mengerti hukum. Akibatnya, penetapan tersangka pembunuhan M. Asrori versi kebun tebu hanya diambil berdasarkan keterangan saksi ahli waris korban.

“Itu (Maman Sugianto alias Sugik, red), saya tetapkan jadi tersangka berdasar pengakuan Kemat (Imam Chambali, red) dan keterangan saksi ahli waris,” akunya dihadapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jombang.

Dikatakan Wahid, dirinya saat itu sama sekali tidak memeriksa hasil visum et repertum atas mayat korban yang dikeluarkan pihak RSUD Jombang, pada bulan Oktober 2007. Ia juga mengaku, tidak memeriksa sidik jari korban dengan alasan kondisi mayat sudah rusak.

“Apa ada aturan hukum yang menyebutkan, bahwa korban pembunuhan boleh tidak diperiksa sidik jarinya, karena kondisi mayat rusak?” tanya kuasa hukum Sugik, M. Dhofir SH.

Mendengar pertanyaan tersebut, Wahid yang sebelumnya diperiksa Propam Polda Jatim dengan sangkaan salah tangkap itu hanya menjawab, tidak tahu.

“Kemat mengaku memukul korban dengan menggunakan papan kayu di rumah kosong di Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak, lalu korbannya dibuang ke kebun tebu Desa Braan, Kecamatan Bandar Kedungmulyo,” katanya sesuai Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terhadap Kemat.

Sementara itu, di dalam visum diterangkan, bahwa korban tewas karena dua tusukan pisau pada bagian perutnya, sedangkan lehernya tidak ada bekas pukulan. Karena itu, Wahid mengaku tidak tahu menahu, saat dalam persidangan ditunjukkan sebilah pisau dan beberapa barang bukti lainnya, yakni papan kayu, helm.

“Sedangkan jaket, jeans, switer dan sandal jepit jadi satu di sebelah mayat,” ungkapnya.

Uniknya, saat kuasa hukum terdakwa, M. Dhofir menanyakan tentang perbedaan lokasi pembuangan mayat dan reka ulang kasus pembunuhan tersebut, Wahid hanya geleng-geleng kepala, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Di dalam BAP, lokasi pembuangan mayat itu berada di lahan kebun tebu milik H. Iskak, sekitar tiga meter dari jalan truk pengangkut tebu. Sementara dalam berita acara rekonstruksi yang dipimpin Kanit Serse Munasik, lokasi pembuangan mayat berjarak tersebut sekitar 50 meter dari jalan truk.

Dalam sidang itu, Wahid membantah jika dalam menginterogasi kedua pelaku, yakni Kemat dan David Eko Priyanto menggunakan kekerasan dan paksaan. Namun ia mengaku telah meminta keduanya untuk menjawab pertanyaan dengan kata "Ya" dan "Tidak".

“Pokoknya saya disuruh diam. Waktu saya bilang, Pak, saya ini nggak tahu apa-apa,” kata Kemat. “Yang mukul saya Pak Bambang Sucipto,” sambung Kemat.

Bersamaan dengan itu, sekitar pukul 10.00 WIB, Tim Polda Jatim dipimpin AKBP Susanto, melaksanakan rekonstruksi pembunuhan M. Asrori di belakang rumah Very Idham Henyansyah alias Ryan. Reka ulang di Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang tersebut, Tim Polda Jatim mendatangkan langsing pelaku jagal 11 manusia, Ryan untuk adegan rekonstruksi. abd

Bookmark this post: