Istana Sarat Korupsi

JOMBANG – Istana disebut-sebut sebagai biang korupsi. Tudingan tak sedap tersebut disampaikan Amien Rais menanggapi kecenderungan kekuasaan melakukan upaya korupsi. Terlebih lagi, mantan Ketua Umum DPP PAN tersebut menilai, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kurang berani 'menghabisi' orang-orang dekat Istana yang diduga sebagai koruptor.

Amien beralasan, korupsi paling besar saat ini berada di jantung kekuasaan. 'Aksi jahat' tersebut, menurut Amien, sesuai dengan adadium, bahwa kekuasaan memiliki peran penting melakukan tindak korupsi.

“Nah, sekarang dengan adagium itu saya bisa mengatakan, bahwa korupsi paling besar ada di jantung kekuasaan. Jantung kekuasaan itu Istana, dan Istana itu dimana ? Ya di Cikeas,” ungkap Amien usai acara Halal Bi Halal dan Pengajian Umum Keluarga Besar Muhammadiyah, di Desa Godong, Kecamatan Gudo Jombang, Rabu (22/10) kemarin.

Kendati enggan mengungkap secara perorangan, namun Amien mencontohkan, kasus aliran dana Bank Indonesia (BI) Rp 100 M yang melibatkan orang dekat Istana belum tertangani secara maksimal.

“Sudah jelas Aulia Pohan sebagai inisiator aliran dana BI, Rp 100 M ke DPR dan pengacara-pengacara. Tapi justru inisiatornya masih tenang, malah diundang sebagai saksi ahli pun hanya dua kali. Sementara Burhanuddin Abdullah sudah meringkuk di tahanan. Ini aneh sekali ?” geram mantan Ketua Umum PAN ini dengan nada keheranan.

Dengan kondisi tersebut, KPK juga tak cukup kuat untuk melakukan upaya menangkap para koruptor yang dekat dengan Cikeas. Menurutnya, sampai kini pun institusi yang disebut-sebut berhasil menjaring para koruptor itu masih setengah hati dan terkesan tebang pilih.

“Jadi sesuai dengan adagium umum, kekuasaan itu cenderung korup, kekuasaan mutlak korupsinya juga mutlak. Cuma sekarang belum terungkap, karena masih berkuasa. Seperti ketika Pak Harto berkuasa tidak bisa terkuak, setelah jatuh baru terkuak,” urainya dihadapan wartawan. abd

Bookmark this post: