Warga khawatir jika wilayah mereka terimbas dari rusaknya ekosistem akibat ulah penambang pasir mekanik tersebut. Sejak pagi, warga yang seharian sudah bergerombol di pinggiran sungai tersebut telah sepakat bulat mengusir para penambang.
'Motor gerakan' dari aksi pengusiran tersebut langsung dipelopori warga Desa Balongsari dan Desa Turi Pinggir. Tanpa dikomando, mereka mulai menyisir kawasan sungai yang tambati puluhan perahu dan mesin penyedot pasir (ponton, red) itu.
Pada awalnya, mereka hanya meminta kepada penambang untuk beralih lokasi dari tempat penambangannya. Sayangnya, himbauan warga tak diindahkan oleh para penambang. Kontan, beberapa warga langsung emosi dan melempari perahu dan ponton dengan batu. Bahkan, salah satu dari warga memakai ketepel untuk mengusir para penambang yang sebelumnnya melakukan perlawanan.
Seketika itu juga, lemparan batu dan ketepel, menjadi senjata ampuh dan jitu untuk mengusir penambang yang bertahun-tahun 'menguasai' wilayah sungai. Tak pelak, puluhan perahu dan awaknya tunggang-langgang menghindari lemparan warga. Karena takutnya, salah satu perahu milik penambang terpaksa ditinggalkan akibat warga yang tak sedikitpun memberi ampun.
Perahu yang ditinggal pemiliknya itupun akhirnya menjadi bulan-bulanan kemarahan warga. Dengan mengguyurkan literan bensin, seorang dari warga langsung menyulutkan api ke perahu yang terbuat dari kayu itu. Tak puas dengan membakar, warga menenggelamkan perahu dengan cara digergaji mesin hingga mematahkan badan perahu jadi dua bagian.
“Horee.....terus tenggelamkan saja, cekno kapok !” ejek para warga yang bersorak kegembiraan melihat perahu penambang tenggelam bersama pasirnya.
Salah satu dari warga Desa Megaluh yang ikut dalam aksi pengusiran mengatakan, ini merupakan puncak dari kemarahan warga. Katanya, aksi serupa juga pernah dilakukan beberapa kali, namun tak membuat jera para penambang pasir.
“Berkali-kali kita sudah lakukan aksi serupa, dan beberapa waktu lalu kami juga pernah menenggelamkan perahu penambang. Tapi nggak lama, mereka cari pasir lagi, mereka berhenti beroperasi hanya sebentar,” kata Siman (45) seraya diangguki warga lainnya.
Ulah penambang pasir tersebut, menurut warga, telah lama meresahkan. Tak hanya siang hari, penambangan pasir ini juga dilakukan saat tengah malam. “Jadi bisa dipastikan, kondisi sungai akan semakin membahayakan warga. Iya, mereka yang untung, kita yang merugi kena getahnya,” tukas Wahyu (24) pemuda desa setempat.
Menurutnya, pemerintah daerah harus cepat merespon keluhan warga dengan terus melakukan razia penambang pasir. Jika tidak, warga sendiri yang akan turun tangan dengan cara mereka sendiri.
“Kalau Pol PP dan orang-orang pemerintah juga para aparat melakukan razia besar-besaran dan terus-menerus, saya yakin mereka pasti takut,” harapnya.
Di tempat yang sama, Nila Retno Cahyani, Kepala Desa Balongsari mengaku, aksi yang dilakukan para warga itu sebelumnya sudah meminta ijin darinya. Katanya, warga sudah kehilangan kesabaran dengan ulah penambang yang terus-menerus mengeksploitasi kekayaan sungai Brantas. Diakuinya, keinginan warga untuk mengusir penambang dengan caranya, tak bisa dihalangi.
“Habis mereka marah besar dan saya nggak bisa menghalangi. Karena apa sih, warga itu merasa terancam dengan aktivitas penambangan yang mengganggu kondisi wilayahnya,” terang Kades muda belia ini seraya berharap kondisi ini segera mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat. abd
Bookmark this post: | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
0 komentar:
[+/-]Click to Show or Hide Old Comments[+/-]Show or Hide Comments
Posting Komentar
Komentar Anda ?