JOMBANG – Bantuan Pemerintah Propinsi Jawa Timur (Pemprop Jatim) untuk pemberdayaan Pekerja Seks Komersial (PSK) diduga diselewengkan pihak Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang. Penyimpangan tersebut disinyalir mengalihfungsikan peruntukkan peralatan mesin jahit dan obras sebanyak 60 unit oleh Camat setempat ke desa-desa di kecamatan tersebut.
Sumber Mojokerto Pagi menyebut, sebenarnya mesin jahit dan obras yang masing-masing berjumlah 30 unit tersebut harusnya dipergunakan untuk memberdayakan para PSK yang telah memiliki keterampilan menjahit. Namun kenyataannya, peralatan yang hingga kini belum diketahui nilainya itu masih saja ada yang ngendon dan tak terpakai di kecamatan.
“Itu jelas salah, mesin-mesin itu bukan untuk desa tapi untuk para PSK,” gerutu sumber tadi seraya menolak ditulis namanya.
Fakta itu kian menguat setelah Camat Kabuh, Masduki mengakui, jika mesin-mesin jahit tersebut saat ini masih ada sebagian yang disimpan di kecamatan. Dikatakannya, ke 60 unit mesin jahit dan obras untuk pemberdayaan PSK itu kini diberikan ke desa se-Kecamatan Kabuh. Dari 15 desa yang ada, masing-masing menerima 2 barang berupa mesin jahit dan obras.
“Daripada menumpuk dan nggak terpakai, mending kita berikan ke masing-masing desa. Jumlahnya ada 60 unit, masing-masing 30 mesin jahit dan 30 mesin obras,” ujar Masduki polos.
Tanpa merasa bersalah, camat muda tersebut membenarkan, sesuai dengan petunjuk pelaksana (juklak) dari Dinas Sosial Pemprop Jatim, barang-barang tersebut memang untuk pemberdayaan PSK. Para PSK yang sudah mendapat pembinaan ketrampilan menjahit, katanya, dapat menggunakan peralatan bantuan tersebut.
“Tapi PSK yang mana dulu ? Karena tidak semua PSK mendapat pelatihan keterampilan jahit-menjahit. Lagi pula, para PSK yang ada di Klubuk itu tidak semuanya asal Jombang,” tuturnya.
Menurut Masduki, para PSK yang kini menempati lokalisasi di Dusun Sukodadi, Desa Klubuk, Kecamatan Kabuh, Jombang itu kebanyakan berasal dari luar daerah. Ia juga mengaku, bahwa acuan yang dijadikan pijakan pemberian peralatan mesin jahit tersebut memang untuk pemberdayaan PSK.
“Lho juklaknya memang ngomong kayak gitu, lihat saja kalau nggak percaya ! Itu (barang, red) saya terima langsung dari propinsi sekitar September (tahun 2007, red) lalu, dan sekarang lihat di kecamatan, masih ada yang menumpuk,” katanya kemarin.
Masduki yang ditemui Mojokerto Pagi di kantor Pemkab Jombang kemarin beralasan, pihaknya sengaja meminjamkan alat ketrampilan jahit-menjahit itu kepada desa karena para PSK yang ada saat ini rata-rata bukan dari Jombang. Ia khawatir keamanan mesin jahit dan obras tersebut tidak terjaga.
“Terus siapa yang bertanggungjawab kalau mesin-mesin itu hilang dibawa pulang ke daerah asal PSK. Lagi pula, tidak semua PSK itu asal Jombang. Wah saya nggak mau kasus Banyuwangi terulang, makanya kita pinjamkan ke karang taruna desa,” kelit Masduki tanpa bersedia menjelaskan kasus Banyuwangi yang dimaksud. abd
Bookmark this post: | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
0 komentar:
[+/-]Click to Show or Hide Old Comments[+/-]Show or Hide Comments
Posting Komentar
Komentar Anda ?